BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
filsafat pendidikan yakni aktivitas
pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses
pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan
untuk mencapainya. Dalam hal ini, filsafat, filsafat
pendidikan, dan pengalaman
kemanusiaan merupakan faktor yang integral. Filsafat
pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi
dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan secara
praktis. . Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita para
pendidik untuk memahami dan mempelajari filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan memilikki perhatian yang
terfokus pada analisa dan penjelasan terhadap problema-problema pendidikan.
Hanya saja sebagai satu bentuk dari filsafat umum mengenai kehidupan, maka ia
memilikki juga upaya profesi mengejar dalam pengembangan posisi filsafat
berhubungan dengan pendidikan dan sekolah. Hampir setiap hari para guru
(pengajar) berhadapan dengan persoalan-persoalan filsafat pendidikan, yang
kadang kala berhadapan langsung dengan guru dalam proses belajar mengajar dan
juga masalah yang sangat pokok yang tidak bersentuhan langsung dengan
pendidikan.
Menurut John Dewey Filsfat Pendidikan merupakan
suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya
pikir maupun daya perasaan, menuju kearah tabiat manusia maka filsafat bisa
juga diliartikan sebagai teori umum pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana Hubungan Filsafat Pendidikan
dengan Ontologi, Epistimologi, Aksiologi
Untuk
mempermudah menganalisis masalah tersebut perlu dirinci kedalam sub-sub masalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan
apa hubungan filsafat pendidikan dengan ontologi?
2. Merumuskan
apa hubungan filsafat pendidikan dengan epistimologi?
3. Merumuskan
apa hubungan filsafat pendidikan dengan aksiologi?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah agar
kita memahami apa sebenarnya filsafat itu dan apa saja yang dibahas dalam
lapangan filsafat. Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
kejelasan tentang hubungan Filsafat Pendidikan dengan Ontologi, Epitimologi,
Aksiologi.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Ontologi
Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika
yang juga di sebut dengan Proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau
filsafat ketuhanan yang bahasanya adalah Hakekat sesuatu, keesaan, persekutuan,
sebab dan akibat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat,
relasi atau segla sesuatu yang ada di bumi dengan tenaga-tenaga yang di langit,
wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga.
Baik filsafat kuno maupun filsafat modern tentang ontologi ini menjadi
pembahasan utama di bidang filsafat. Sebagimana ontologi adalah teori dari
cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realita ialah mengenai
kenyataan, yang selanjutnya menjurus kepada sesuatu kebenaran. Tetapi realitas
pada ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan. Apakaah sesungguhnya
hakekat realitas yang ada ini? Apakah realitas yanng nampak ini? Sesuatu
realita materi saja? Atau adakah sesuatu di balik realita itu? Serta apakah
realita ini terdiri dari satu untuk unsur (monisme), kedua unsur (dualisme)
atau serba banyak (pluralisme). Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan
metafisika atau ontologi. Sesuatu perwujudan menampakkan diri sebagai satu
tubuh, satu eksistensi dan mewujudkan keseluruhan suatu sifatnya dan yang utama
dari perwujudan itu adalah eksistensinya. Eksistensi suatu realita itu adalah
fundamental atau esensial.
Bramel meenjelaskan bahwa interpretasi tentang suatu realita itu
dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap
orang berbeda-beda pendapat tentang bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahannya
pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi. Inilah yang ddimaksud dari
setiap orang bahwa meja itu suatu realita yang konkrit.
2.
Pengertian Epistimologi
Epistemolgi yaitu berasal
dari bahasa yunani “episteme” dan “logos”. “Episteme” artinya pengetahuan
(knowledge), “logos” artinya teori. Dengan demikian epistemology secara
epistemologis berarti teori pengetahuan.
Objek material epistimologi adalah pengetahuan,
sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Masalah yang di bahas
oleh epistemolgi ialah apa yang menjadi tumpuan pengetahuan. Epistemologi
adalah bidang filsafat nilai yang secara khusus mempersoalkan pengetahuan
tentang nilai ‘kebenaran’ dan otomatis juga mempersoalkan tentang
bagaimana ‘cara’ mendapatkannya. Jika
diterapkan pada pendidikan berarti yang menjadi persoalan pokoknya adalah
pengetahuan yang benar tentang pendidikan atau kebenaran pendidikan, dan
sekaligus bagaimana ‘cara’ penyelenggaraannya secara benar.
3. Pengertian
Aksiologi
Istilah axiology berasal dari kata axios dan
logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal,
teori. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria,
dan status metafisik dari nilai.
Aksiologi
adalah studi tentang nilai. Nilai adalah
sesuatu yang berharga, yang dinamakan oleh setiap insa. Nilai yang dimaksud
adalah:
Nilai jasmani
: nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat dan nilai guna.
Nilai rohani :
nilai yang terdiri atas nilai intelek,nilai estetika, nilai etika, dan nilai
religi.
Aksiologi
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakekat nilai, yang umumnya
ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Dalam bidang aksiologi,
masalah etika yang mempelajari tentang kebaikan ditinjau dari kesusilaan,
sangat prinsip dalam pendidikan. Hal ini terjadi karena kebaikan budi pekerti
manusia menjadi sasaran utama pendidikan dan karenanya selalu dipertimbangkan
dalam perumusan tujuan pendidikan. Di samping itu pendidikan sebagai fenomena
kehidupan sosial, kultural dan keagamaan tidak dapat lepas dari sistem nilai.
4. Hubungan
Filsafat Pendidikan terhadap Problem Filsafat
Hubungan
filsafat pendidikan terhadap problem filsafat epistemologi, ontologi dan
aksiologi pendidikan merupakan permasalahan penting yang perlu dipertegas dalam
mengurai kegagalan pendidikan.
Dan di antara ontologi dan aksiologi
yang paling penting adalah epitemologi karena epistemologi menjadi sebuah
sarana memperbincangkan bagaimana pendidikan dilakukan, epistemologi merupakan
suatu cabang filsafat yang membahas tentang seluk-beluk ilmu
Hal-hal
yang mempengaruhi adanya problem pendidikan adalah krisisnya pendidikan pada
anak di tambah pengaruh negatif globalisasi dan kecanggihan teknologi akibat
modernisasi semakin mengkondisikan kehidupan anak dalam kekhawatiran dekandensi
moral.
Dengan demikian aspek epistemologi
dalam kerangka pendidikan menyediakan ruang untuk memperdebatkan persoalan
filosofis yang tidak dapat dijawab oleh wilayah ilmu karena sifat ilmu
menjunjung sekralitas ilmiah dengan mendasarkan wilayah fisik empirik.
BAB
3
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan
sebagai ilmu bersifat multidimensional baik dari segi filsafat (epistemologis,
aksiologis, dan ontologis) maupun secara ilmiah. Teori yang dianut dalam sebuah
praktek pendidikan sangat penting, karena pendidikan menyangkut pembentukan
generasi dan semestinya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi pesreta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai – nilai agar mampu menata yang perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya . Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristikmasyarakat indonesia , dan untuk kebutuhan masyarakat indonesia yang terus berubah, hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang – orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.
Proses pendidikan merupakan upaya mewujudkan nilai bagi pesreta didik dan pendidik, sehingga unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan dapat menghayati nilai – nilai agar mampu menata yang perilaku serta pribadi sebagaimana mestinya . Sebagai contoh, dalam wacana keindonesiaan pendidikan semestinya berakar dari konteks budaya dan karakteristikmasyarakat indonesia , dan untuk kebutuhan masyarakat indonesia yang terus berubah, hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang – orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral.