Nama : M Ahmad Sabil
Kelas :
MP 2012 b
MK :
Sosiologi – Antropologi
Tugas : Resume
TEORI-TEORI
YANG MENDASARI PERKEMBANGAN
SOSIOLOGI
– ANTROPOLOGI
A. TEORI
EVOLUSI SOSIAL
Teori
evolusi sosial mendapatkan pengaruh yang sangat kuat dari teori evolusi
biologis Yang di gagas oleh Charles
Darwin yang amat terkenal pada abad XIX. Inti teori ini adalah
mengumpamakan masyarakat sebagai organism yang tumbuh secara bertahap sesuai
dengan fase-fase perkembangannya.
Itulah
Sebabnya dalam memahami teori evolusi ada empat prinsip yang harus diperhatikan
:
1) Terus berjuang untuk hidup ( struggle for life )
2) Mereka yang bertahan hidup
artinya mereka yang memiliki kecukupan untuk hidup ( survival of fittest )
3)
Adanya
Seleksi Alam ( Natural Selection )
4)
Adanya
kemajuan yang cukup berarti ( Progress )
Para
ahli mengetengahkan bahwa teori Charles
Darwin ini ada kelemahannya, yaitu karena menyamakan sosiologi atau ilmu
sosial pada umumnya dengan ilmu biologi.
Beberapa
tokoh lain dalam teori eevolusi yang kemudian diadopsi sebagai teori sosial,
diantaranya adalah Herbert Spencer
(1820-1903), Lewis Henry Morgan (1818-1881).
Auguste Comte (1789-1857) dan Freidrich Hegel (1770-1831).
1) Herbert Spencer (1820-1903)
Menurut
Herbert Spencer bahwa segala sesuatu
cenderung berkembang dari bentuk yang sederhana
dan tidak terspesialisasi menjadi bentuk yang lebih terspesialisasi dan
kompleks. Kecenderungan universal adalah kunci utama dalam melihat semua
teka-teki besar di alam semesta ini.
2) Lewis Henry Morgan (1818-1881)
Munculnya
tahap perdaban menandai transisi dari masyarakat primitive yang disebut societas ke
masyarkat sipil yang disebut civitas. Morgan
memandang perkembangan alphabet fonetik dan tulisan sebagai karkteristik utama
pada tahap ini.
3) Auguste Comte (1789-1857)
Menurut
comte agama di zaman pemikiran empiris merupakan suatu anakronisme atau
peninggalan dari suatu zaman yang telah lewat dan semestinya diganti. Kelemahan
auguste comte dalam teori tersebut adalah menganggap agama, filsafat dan magic,
harus ditinjau kembali, diubah, disesuaikan dan dilengkapi pemikiran bebas
dibawah kekangan hokum evolusi.
4) Freidrich Hegel (1770-1831)
Menyebutkan
bahwa sejarah dunia merupakan perwujudan bertahap dari roh yang berdiri sendiri.
Kehidupan bersama merupakan penjelmaan konkrit dan manifestasi parah roh itu.
Menurut Stephen K. Sanderson (1993:15-16) walaupun gagasan para
evolusionis ini terasa provokatif, namun gagasan-gagasan tersebut memiliki
sejumlah cacat yang serius. Cacat dalam pemikiran evolusionis abad XIX adalah etnosentrisme,
yaitu mereka selalu memandang masyarakat sendiri (peradaban barat) lebih unggul dari
masyarakat lainnya.
B. TEORI
FUNGSIONALISME STRUKTURAL
Teori
fungsionalisme struktural muncul dan menjadi bagian dari analisis sosiologis sekitar
tahun 1940-an dan mencapai kejayaan paada tahun 1950-an. Namun mulai tahun 1960-an dominasi teori
fungsionalisme structural mendapat tantangan keras.
Secara
esensial, prinsip-prinsip pokok fungsionalisme struktural ini menurut Sthepen K. Sanderson (1993:9) adalah
sebagai berikut :
1) Masyarakat merupakan system yang
kompleks yang terdiri dari barbagai
bagian dan saling berhubungan.
2) Setiap bagian dari sebuah
masyarakat eksis karena bagian tersebut memiliki fungsi penting dalam
memelihara eksistensi dan stabilisasi masyarakat secara keseluruhan.
3) Semua masyarakat memiliki
mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya.
4) Masyarakat cenderung mengarah
kepada suatu keadan ekuilbrium atau keseimbangan.
5) Perubahan sosial merupakan
kejadian yang tidak biasa dalam masyarakat.
Konsep
fungsi dari Malinowsky dan Radclife di rinci oleh Robert K. Merton Sebagai berikut :
1) Sosiologi mengartikan fungsi
sebagai akibat atau konsekuensi logis.
2) Semua praktek atau unsur
sosio-budaya belum tentu memiliki suatu fungsi.
3) Setiap unsur sosio-budaya belum
tentu memiliki dampak positif atau baik.
4) Mempelajari kemungkinan adanya
perubahan dapat di gantinya suatu adat atau norma adat.
5) Memahami konsep Keharusan
fungsional atau Prasyarat fungsional.
6) Membedakan fungsi nyata dan
fungsi tersembunyi.
Emile Durkheim sebagai tokoh fungsionalisme
struktural selalu membahas dan menguraikan berbagai dampak dari fenomena sosial
bagi kehidupan manusia. Penganut teori fungsionalisme struktural sering dituduh
mengabaikan variabel konflik dan perubahan sosial dalam teori-teori mereka.
Teori mereka menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan
perubahan masyarakat. Konsep utama mereka adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan kesinambungan (aquilbrium).
C. TEORI
KONFLIK
Teori
konflik adalah suatu perspektif dalam sosiologi yang melihat masyarakat sebagai
suatu system sosial yang terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing
komponennya memiliki kepentingan yang berbeda , dan masing-masing berusaha
untuk menakhlukkan guna memenuhi hasratnya.
Teori ini memiliki akar yang kuat
dalam karya Karl Max dalam teori
sosiologi klasik. Dalam hal ini Stephen K. Sanderson (1993:12)
menyebutkan bahwa beberapa strategi konflik Marxian-Modern adalah sebagai
berikut :
1) Kehidupan
sosial pada dasarnya merupakan arena konflik atau pertentangan.
2) Sumber-sumber
daya ekonomi dan kekuasaan-kekuasan politik merupakan hal penting.
3) Akibat
tipikal pertentangan ini adalah pembagian masyarakat menjadi kelompok yang
determinan secara ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi.
4) Pola-pola
sosial dasar suatu masyarakat sangat ditentukan oleh pengaruh soaial dari
kelompok yang secara ekonomi merupakan kelompok yang determinan.
5) Konflik
dan pertentangan sosial didalam diantara berbagai masyarakat melahirkan
kekuatan-kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial.
6) Karena
konflik dan pertentangan merupakan ciri dasar kehidupan sosial.
Sthepen K. Sanderson menjelaskan bahwa strategi
konflik Maxian secara esensial lebih merukan srategi materialis ketimbang
idealis.
Teori konflik memandang masyarakat senantiasa berada dalam proses
perubahan yang ditandai oelh pertentangannya tang terus menerus diantara
unsure-unsurnya. Teori konflik menilai keteraturan yang terdapat dalam
masyarakat itu hanya disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasan
dari atas golongan yang berkuasa.
D.
TEORI KRITIS
Teori
kritis ini adalah bagian sekaligus perkembangan dari teori konflik yang sering
disebut sebagai variasi teori Neo-Marxis.
Teori
yang mereka kemukakan adalah teori kritis (Critical
Theory). Karena karya-karya mereka adalah melakukan kritik dalam berbagai
hal dalam kehidupan masyarakat. Jika Karl
Marx melakukan terhadap sistem kapitalis menindas, maka kritik sekolah
Frankfurt lebih diarahkan pada sistem budaya yang juga menindas masyarakat.
Dalam kajian tentang kebudayaan, para ilmuwan sekolah Frankfurt sangat pesimis
dengan kebudayaan kontemporer yang disebutnya dengan kebuyaan massa.
Kebudayaan massa adalah kebudayaan yang
merupakan produk industri, seperti budaya yang disebarluaskan oleh jaringan
televisi. Kebudayaan massa disebutnya sebagai kebudayaan yang penuh kepalsuan.
Efek dari budaya ini adalah upaya menentramkan membius tapi sekaligus menekan
orang sehingga individu tidak memiliki kreatifitas melainkan mengikuti begiyu
saja apa yang terjadi.
E.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Erving Goffman cenderung melihat kehidupan
sosial sebagai suatu seri drama atau seri pertunjukkan dimana para aktor
memainkan peran-peran tertentu. Penedekatan ini disebut dengan pendekatan
dramaturgi. Dalam memahami dramaturginya Goffman, maka ia berbicara tentang
beberapa bagian yang terdapat dalam sebuah pertunjukan drama atau teater yaitu
:
a. Front stage (panggung depan) berfungsi untuk mendefinisikan situasi.
b. Personal front (properti) untuk memberikan kesan yang
kuat kepada penonton, sehingga penonton mudah memahami dan mengidentifikasi.
c. Appearance (penampilan) menunujukkan atribut yang dapat menunjukkan kepada
penonnton tentang status sosila yang mereka miliki.
d. Manner (gaya) menunjukkan model atau gaya yang diamainkan oelh aktor dalam
performennya.
e.
Back
stage (bagian belakang panggung) sebagai arena yang memunculkan
tindakan-tindakan atau perilaku yang non formal yang akan muncul.
Menurut
Goffman semua di dunia ini merupakan
sebuah sandiwara yang di mainkan beberapa orang yang mampu memainkan peran
penting dalam kehidupan.
F.
TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL : Bronislaw K. Malinowski
Beberapa
dari teori fungsional struktural sebelumnya yang lebih beraroma sosiologis, dalam
teori struktural funsional yang dikembangkan Malinowski dan Radcliffe Brown ini merupakan teori-teori sosial
yang berbasis antroplogi. Objek kajiannya lebih banyak pada folklore, dongeng
rakyat, dan benda-benda budaya yang dijadikan aktivitas sosial ekonomi masyarakat
yang masih sederhana. Menurut Malinowski,
dalam masyarakat modern, tata tertib kemasyarakatan dijaga, antara lain oleh
suatu sistem pengendalian sosial yang bersifat memaksa, yaitu hukum. Untuk
melaksanakan hukum itu, ia disokong oleh suatu sistem alat kekuasaan seperti
kepolisian, pengadilan, dan sebagainya, yang semua ini diorganisir oleh negara.
Sedangkan pada masyarakat primitif, alat kekuasaan serupa itu kadang-kadang
tidak ada.
Suatu
pendirian penting lagi dan pemikiran Malinowski adalah tentang teorinya untuk
menganalisa fungsi dari kebudayaan, yang disebutnya teori fungsional tentang
kebudayaan atau a functional theory of
culture. Inti teori ini adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu
sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dan sejumlah kebutuhan naluri
makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.
Malinowski
memandang bahwa keluarga merupakan suatu lembaga yang membentuk personality,
dan tempat dimana ikatan emosi seseorang serta emosi sosial yang terwujud. Ia
beranggapan bahwa keluarga merupakan lembaga yang mendidik, serta menjaga
anak-anak sejak dari lahir hingga dewasa.
Penjelasaan
di atas terlihat bahwa usaha Malinowsky untuk
menggambarkan konsepsi budaya adalah suatu yang ter integrasi,sebagai suatu
sistem yang usur – usurnya bersifat tergantung satu sama lain.
G. TEORI
STRUKTURAL FUNGSIONAL : Radcliffe Brown
Konsep
dan teori Struktural Fungsional yang dikemukakan oleh A.R. Radcliffe Brown adalah
ia menjelaskan bahwa kehidupan sosial adalah merupakan suatu komunitas yang
memeberi fungsi kepada strukturnya dan fungsi proses suatu kehidupan sosial ini
adalah untuk memelihara kehidupan sosial secara keseluruhan.
Struktur sosial itu hanya dapat dilihat dalam
kenyataan yang konkrit dan dapat diamati secara langsung karena struktur itu
terdiri dari:
a. semua hubungan sosial yang
terjadi antara individu dengan individu lainnya,
b. adanya perbedaan antara individu
yang alainnya serta kelas sosial diantara mereka sebab mengikuti peranan sosial yang diamainkan oleh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar